Tuesday, September 08, 2009

terima kasih dunc

terima kasih dunc,

dan maafkan aku.

aku tahu betapa kagetnya dirimu,
karena menit-menit sebelumnya aku terlihat baik-baik saja.
aku masih bercerita dengan nada yang datar.
aku bisa melihat matamu memperhatikanku dengan seksama.
menebak-nebak apa kiranya akhir dari kisahku kali ini.

aku tahu sejak awal kau bisa merasakannya.
bahwa akhir cerita kali ini bukanlah sebuah senyum atau tawa seperti biasanya.
bukanlah sebuah kebahagiaan.
aku bisa melihatnya dari sorot matamu.

aku tahu sejak awal kau bisa merasakannya.
sejak hari dimana aku menerima pesan itu.
sejak aku larut dalam diam di tengah gegap gempita dunia.
sejak aku terus berjalan dalam hening.
sejak aku hanya mengeluarkan sebuah senyum kelu di tiap sapaan mereka.

aku tahu dirimu mungkin sudah tahu.

maafkan aku dunc.
kau pasti benar-benar terkejut.
aku sudah benar-benar berusaha membendungnya.
aku sudah berusaha untuk kuat,
untuk menerima semua ini,
tapi ternyata aku tetaplah aku yang rapuh.
aku yang separuh jiwanya telah terbang bersama sang angin ke tempat yang jauh.

dan semuanya pun tumpah.

dan di tengah isakan itu,
aku melihat matamu dari balik mataku yang berbayang,
aku melihat berbagai rona di matamu.
terkejut. sedih. sekaligus bingung.
aku tahu kau pasti bingung.
aku sendiri juga bingung.

dunc,
inilah kenyataannya.
pada akhirnya aku menyerah dunc.
aku menyerah pada keadaan.

karena sebesar apapun impianku, sekuat apapun aku mencoba untuk mewujudkannya, sesering apapun aku berdoa,
pada akhirnya semua ini tidak mungkin.

aku menyerah pada keadaan dunc.
untuk kedua kalinya dalam hidupku, sekali lagi aku tidak bisa menggapai kebahagiaanku sendiri.
mungkin aku memang ditakdirkan untuk selalu mengalah.
karena dia memang jauh lebih berhak dunc.
mungkin aku memang ditakdirkan untuk merelakannya pergi.
karena sekali lagi dia memang lebih berhak dunc,
dia lebih berhak untuk mendapatkan kebahagian darinya.
dan mungkin aku memang ditakdirkan untuk selalu merelakan kebahagian pergi dari kehidupanku.

maka di tengah derai ini,
aku putuskan dunc,
untuk menyerah.
untuk pergi dalam diam secara perlahan.

terima kasih dunc.

for let me cry on your shoulder.

4 comments:

Unknown said...

hiks,,,sedih bgt seh:(

mbak, teruslah menulis^^

lam kenal
klo g keberatan, mau tukeran link?

Prisya Dhiba Ramadhani said...

terima kasih mbak atas supportnya^-^

salam kenal juga ya mbak,
udah prisya bikin link ke blognya^^

Anonymous said...

dak nyangko Dunc biso kek ini

*menitikkan air mata*

dunc, dunc, dunc.

hwhwhw

Prisya Dhiba Ramadhani said...

^^