Sunday, May 20, 2012

Sunday, May 13, 2012

Titik Balik

Halo, Kay.
Di sini kita bertemu lagi. Setelah memutuskan untuk mencapaimu dengan cara yang tidak biasa ini, izinkan aku berterima kasih. Terima kasih, kedatangan tiba-tiba yang manis itu seperti semacam obat pelipur lara. Jawamu masih terasa kental ya. Dan senyummu masih sama.

Kali ini, apa yang akan aku ceritakan? Entahlah terlalu banyak hal yang berdesakan, tapi semuanya tak bisa keluar, seakan tak ada ruang lain yang tersisa. Sebenarnya aku berharap suatu saat semua itu akan meledak. mengapa? Karena bila hal itu terjadi pada akhirnya semuanya akan menjadi abu. Dan abu lebih ringan. Efisien dalam bentuk sehingga menyediakan banyak sisa dalam satu ruang. Dan akupun bisa bernafas, setidaknya aku harap begitu.

Kau tau, Kay? Matanya coklat muda. Bagaimana dengan matamu? Aku belum pernah memastikan sendiri, jadi tidak tahu. Mataku sendiri berwarna coklat tua. Dee berkata, "Matanya cokelat muda. Itu sudah lebih dari cukup". Kau tahu, Kay? Kalimat terakhir dari cerita "Hanya Isyarat" dalam buku Rectoverso Dee. Tapi, benarkah demikian adanya, Kay? Benarkah begitu saja sudah cukup? Tidakkah kau ingin terus melihatnya? Setidaknya dari jauh? Dari jarak yang aman? Atau sekedar di dalam mimpi?

Kay, benarkah bertemu di kehidupan lain itu mungkin? Jika ya, bolehkah kita memilih siapa yang ingin kita temui? Ya, baiklah. Aku tau itu sangat egois. Semua orang memimpikannya, aku, kamu, kita semua. Kalau begitu, bagaimana jika aku ganti permintaanku menjadi, bolehkah kita menghapus ingatan kita sendiri? Tidak, tidak semuanya, hanya beberapa fragmen, bolehkah? Ya, tentu saja boleh.

Tapi aku tahu selanjutnya kau pasti berkata, lebih baik tidak usah. Untuk apa? Ketika kita mati kita hanya dapat hidup dalam kenangan orang lain. Sedih sekali ya.

Kay, sedih sekali di sini. Terlalu banyak ruang yang tidak bisa aku buka. Aku baru saja menutup sebuah pintu dan terperangkap. Ketika aku mencoba membuka begitu banyak ruangan yang ada yang aku temui hanyalah hampa, aku tidak benar-benar membukanya. Lalu apa yang sebaiknya aku lakukan? Di sekelilingku ada banyak orang tapi mereka hanyalah penggumam. Penggumam, pencaci, pemfitnah, dan pencela.

Apa, Kay? Berdoa? Ya, Kay aku masih berdoa. Aku terus berdoa, kau tahu? Aku bahkan masih mendoakannya, dia, dan mereka. Mungkin seharusnya aku harus lebih banyak mendoakan diri sendiri. Tapi aku percaya semua ketentuanNya, Kay. Tentu saja, aku percaya, seperti kau selalu percaya.




Tentu saja.