Sunday, January 17, 2010

pemulung..



Sekitar 2 hari yang lalu saya blogwalking dan menemukan (atau lebih tepatnya ditemukan) dengan sebuah blog milik seorang teman baru bernama Alfaro. Saya belum sempat membaca semua tulisan di blognya, tapi saya cukup tertarik untuk membaca postingan terakhirnya yang bertajuk Menjadi Pemulung. Saya pribadi sangat merekomendasikan kalian untuk membaca tulisan tersebut untuk mendapatkan sedikit pencerahan mengenai keberadaan pemulung di sekitar kita sekaligus mendapatkan link antara tulisan tersebut dengan tulisan saya ini.

Apakah anda pernah melihat pemulung?
Pasti pernah kan ya, baik secara langsung ataupun sekedar melihat sosok tersebut di TV.
Sekarang coba kita ingat-ingat kembali pernahkah kita bertemu sama pemulung? Atau sekedar melihat pemulung dari jauh di jalan atau di depan tempat pembuangan akhir(TPA). Ataupun kalau memang belum pernah lihat, setidaknya sekarang coba bayangkan kalau anda sedang melihat seorang pemulung yang sedang melaksanakan tugas hariannya, memungut sampah.

Apa yang anda rasakan?
Jijik? Mual? Ingin muntah? Ingin jauh-jauh dan cepat-cepat pergi dari makhluk dengan tubuh kotor tak terawat, baju compang-camping, dengan tas karung usang berisi sampah, dan sebuah kawat karatan?

Jika jawabannya adalah ya, maka cobalah berkaca pada diri anda sekarang.
Apa menurut anda profesi, sikap dan tingkah laku anda masih jauh lebih baik dari seorang pemulung?
Apa anda sudah cukup berperan melestarikan lingkungan seperti mereka?

Dan jika jawabannya adalah tidak, selamat, berarti anda masih punya hati nurani.

Tragis memang,
betapa pada kenyataannya keberadaan pemulung di indonesia begitu diabaikan dan cenderung distigmakan.
Kita tidak suka dengan kehadiran pemulung, padahal faktanya kita yang sering buang sampah sembarangan.
Kita jijik melihat pemulung menggeruk sampah yang sudah bercampur baur tak keruan, kotor, dan sangat bau padahal kalau saja kita mau memilah sampah menjadi sampah basah dan sampah kering, para pemulung bisa memunguti sampah kering yang masih bisa digunakan dalam keadaan bersih dan tidak bau.

Kita sering menghina mereka, tanpa sadar kalau sebenarnya kita jauh lebih hina.
Kita sering merendahkan, dan bahkan mungkin membenci kaum yang kita anggap rendahan seperti pemulung, pengemis, pengamen, peminta-minta, dan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan lainnya, tanpa sadar kalau kita -manusia yang suka menghambur-hamburkan uang di atas penderitaan saudaranya-lah yang jauh lebih hina.

"Manusia senang merendahkan manusia lain yang dia anggap lebih rendah, tanpa sadar kalau dengan aksi merendahkannya itu dirinyalah manusia yang paling rendah di mata Tuhan"

Seharusnya para pemulung mendapat gelar pahlawan lingkungan, mendapatkan gaji dan tempat tinggal yang layak dari pemerintah, atas semua jasanya membantu pelestarian lingkungan melalui pemungutan sampah untuk didaur ulang.

Seharusnya..

8 comments:

big belly said...

Mungkin Prisya prnah baca crita ini... (maaf kalo agak westernis & gak sesuai sm ajaran islam, krna crita ini toh dr orang bule, cuma copas, hehehe)

Seorang guru bertanya pada anak muridnya:
"Eddy, menurutmu bagaimana sosok Tuhan dimata mu?"

lalu Eddy pun menjawab, "ayah saya seorang pemulung, jadi saya rasa Tuhan itu seperti pemulung ulung"

Seraya guru dan teman-temannya protes merasa tidak pantas Tuhan disamakan dengan pemulung.

"Eddy, mengapa kamu samakan Tuhan dengan pemulung?"

lalu Eddy mulai mengangkat wajahnya dan berkata,
"karena Ia mau memungut sampah yang tidak berguna seperti saya ini serta mau mengambil saya dari kubangan dosa, menjadikan saya anakNya dan merawat saya tanpa syarat"

Big Belly said...

ah, kayaknya gak nyambung kalo cm segitu y...
nih, versi panjangnya:

Suatu hari di sekolah seorang guru memberikan tugas kepada muridnya. Seperti apa sosok Tuhan kita? Guru itu mengajarkan bahwa kita melihat sosok Tuhan itu seperti ayah kita. Ujar guru itu.

Seminggu kemudian.
Tugas pun ditagih oleh guru itu dan ia menyuruh untuk 1 per 1 anak membacakanya kedepan.

"Tuhan itu seperti dokter" kata anak yang ayahnya seorang dokter
"Ia sanggup menyembuhkan kita dari berbagai peyakit"

"Tuhan itu seperti guru" kata seorang anak yang ayahnya guru
"Ia selalu mengajarkan kita hal yang baik n benar"

"Tuhan itu seperti hakim" kata seorang anak yang ayahnya adalah hakim
"Ia sanggup memecahkan masalah dengan adil"

"Tuhan itu seperti arsitek" kata seorang anak yang ayahnya arsitek
"Ia membangun dan menyiapkan rumah yang indah untuk kita di sorga"

"Tuhan itu kaya sekali deh" kata seorang anak konglomerat
"Ia bisa menyediakan kebutuhan kita setIap hari.

Ibu guru hanya tersenyum melihat komentar setIap anak tentang image seorang Tuhan.

Namun, ada seorang anak yang hanya diam tertunduk dan belum menjawab.

Memang ia tidak begitu beruntung dalam hal ekonomi lalu guru itu bertanya,

"Eddy, menurutmu bagaimana sosok Tuhan dimata mu?"

lalu Eddy pun menjawab, "ayah saya seorang pemulung, jadi saya rasa Tuhan itu seperti pemulung ulung"

Seraya guru dan teman-temannya protes merasa tidak pantas Tuhan disamakan dengan pemulung.

"Eddy, mengapa kamu samakan Tuhan dengan pemulung?"

lalu Eddy mulai mengangkat wajahnya dan berkata,
"karena Ia mau memungut sampah yang tidak berguna seperti saya ini serta mau mengambil saya dari kubangan dosa, menjadikan saya anakNya dan merawat saya tanpa syarat"

Prisya Dhiba Ramadhani said...

nice story big belly :)

fahmarahman said...

wah, terinspirasi dari blognya alfaro yak? hhehe..

saya suka sama kutipan yang ini:
"Manusia senang merendahkan manusia lain yang dia anggap lebih rendah, tanpa sadar kalau dengan aksi merendahkannya itu dirinyalah manusia yang paling rendah di mata Tuhan"

salam knal ya..

mozes said...

good posting...

greengrinn said...

Bener! aku sering banget nemu pemulung. emang sih saya kasian. tapi kadang saya masiiiiiiiih aja punya pikiran semacam itu. menggelikan. tapi saya masih seperti itu. setiap saya punya pikiran seperti itu, kalo saya ingat, saya langsung istighfar (saya muslim). Tapi kalo pas banget sewaktu saya lagi bejat T_T. entahlah. Saya masih manusia, sih. :(

Prisya Dhiba Ramadhani said...

@fahman
iya, blognya alfaro sangat menginspirasi, hehe.
alhamdulillah kalo suka sama kutipannya, salam kenal juga ya fahman.

@mozes
makasih mozes.

@greengrin
gpp kok, namanya juga manusia, alhamdulillah greengrin masih pernah istighfar pas ga sengaja mikir kaya gitu.
kalo pas nemu para pemulung lagi, coba renungi lagi peran mereka bagi lingkungan kita, biar perlahan-lahan pikiran semacam itu bisa terkikis, goodluck ya! :)

BaNi MusTajaB said...

pemulung membantu persoalan kita dalam hal sampah...dan pemulung juga memberi kesadaran kepada kita untuk tidak membuang sampah sembarangan atau membuang sampah di sungai.