Thursday, March 29, 2012

Kay

Hallo, Kay. Apa kabar?

Aku baru saja membaca beberapa tulisan lama di blog ini. Banyak sekali tulisan tentangmu ya? Banyak sekali. Ada kesedihan, ada kebahagiaan, ada banyak ungkapan perasaan yang mendalam. Bagaimana keadaanmu sekarang? Bagaimana Solo? Ternyata, setelah hampir 3 tahun berlalu aku masih tidak mendapat menjejakkan kaki di kota yang sangat indah menurutmu itu.

Kau tahu, aneh sekali, kadang-kadang aku masih sering memikirkanmu. Pemikiran-pemikiranmu, lagu-lagu Jason Mraz itu, kata-katamu tentang jarak Palembang-Solo yang hanya beberapa ratus kilometer saja.

Lucu ya, betapa dua orang asing yang terpisah jarak begitu jauh, bisa merasa begitu dekat.

Aku masih membaca Rectoverso, kau tahu? Aku masih membacanya berkali-kali. Peluk, Hanya Isyarat, Tidur. Seakan membacanya sekali saja tidak cukup. Aku masih belum menemukan sosok yang bisa mengobati hausku akan tulisan sepertimu. Tulisanmu yang begitu hidup. Satu-satunya hal yang mungkin menyatukan kita.

Aku sedang terjebak sekarang Kay, menyedihkan sekali. Aku terjebak dalam keterasingan. Dan tidak ada tempat seperti pinggiran pantai di Gent atau Piazza Navona di Roma. Aku terjebak dalam rutinitas yang menjemukan, orang-orang yang bergunjing dan tidak dapat dipercaya, masa lalu yang masih mengekang, dan sebuah hubungan yang rumit.

Seandainya aku lelaki, aku sudah mengambil sebuah ransel dan berangkat ke Solo. Kemudian aku akan mengajakmu mengelilingi Notre Dame dan menjelaskan kisah Monet, Manet, dan Renoir yang aku kagumi mengenai kisah mereka besar di Mont Matre. Aku juga akan menjelaskan beragam tipe arsitektur gereja di Itali, tentu saja.

Tapi kita hanya bisa bermimpi ya, Kay. Seperti mimpi-mimpi kita dulu. Tentang gadis kecil dan bintang. Tentang jarak beratus kilometer yang dikalahkan oleh bulan purnama yang sama-sama kita lihat. Purnama yang selalu sama, di Assisi, di Brugge, di Paris.

Aku tidak tahu lagi harus berkata apa, Kay. Tapi dirimu pasti tahu. Dirimu selalu tahu apa yang tidak pernah aku katakan. Dirimu yang tidak seperti orang lain, yang mengatakan apa yang sebenarnya tidak mereka tahu.



Di suatu momentum, garis kehidupan kita akan bertemu pada suatu titik lagi, Kay.
Entah kapan.

4 comments:

Nisa moeL said...

Entah kenapa, sedih baca tulisan ini :')

Vicky Candra, S.Ked said...

Mantap pris.. Link blog ku juga donk...
http://vickyputraulakkerbau.blogspot.com/

veer said...

menarik..
btw siapa itu kay...

Prisya Dhiba Ramadhani said...

Berarti, pesan aslinya dapet & tersampaikan mul :)