Gadis itu masih ingat bagaimana awal pertemuan mereka.
Dia berlari-lari.
Masih dengan langkah kecilnya.
Melebur bersama angin yang senantiasa memberikan kesejukkan.
Langkahnya ringan dan dia berlari sembari tertawa-tawa.
Sampai akhirnya dia tiba-tiba berhenti.
Terpukau oleh sebuah siluet di depannya.
Di depannya berdiri sebuah sosok yang belum pernah gadis itu temui sebelumnya.
Tubuhnya tinggi menjulang.
Gagah dengan lengannya yang membentang dan kaki-kaki yang kuat.
Tetapi wajahnya teduh.
Begitu teduh sehingga walau ini pertama kalinya mereka bertemu,
Dia merasa sudah sangat mengenalnya.
Gadis itu tersenyum.
Dan dia membalas senyumannya.
Hari-hari berlalu dan gadis itu terus mengunjunginya.
Setiap hari. Sepanjang tahun.
Di musim panas gadis itu akan bersandar di tubuhnya yang kokoh sambil membaca buku kumpulan dongeng sembari bersenandung kecil.
Gadis itu terlindungi.
Keteduhannya yang selalu melindungi.
Di musim semi mereka akan berpegangan tangan.
Kemudian menari dan bersenandung riang di bawah jingga dan nilanya pelangi.
Di musim dingin gadis itu akan memeluk tubuhnya dengan erat.
Dan menghembus-hembuskan nafas kecilnya di lengan dan kakinya yang mencengkram tanah dengan kuat.
Gadis itu bisa merasakannya.
Punggungnya begitu hangat.
Sedang di musim gugur mereka hanya akan saling menatap.
Dia tahu bahwa gadis itu takut akan petir.
Dan dia akan selalu membelainya ketika gadis itu mulai menangis.
Air matamu akan jatuh dan masuk ke tanah.
Bergabung bersama air yang lain.
Lalu akan kembali kepadaku.
Akan selalu kembali kepadaku.
Gadis itu pun kemudian berhenti menangis.
Dengan terisak dia tersenyum menatap sosok di depannya.
Sosok itu balik tersenyum.
Merentangkan lengan-lengannya yang begitu kuat.
Gadis itu memeluknya.
Memeluk punggungnya yang begitu hangat.
Namanya Pohon.
Dan punggungnya begitu hangat.